I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan suatu proses pemindahan ilmu dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dalam rangka pelestarian kebudayaan. Oleh karena itu sebuah
pendidikan harus selalu dinamis dalam mencapai tujuannya. Seiring dengan itu,
maka dalam menerapkan suatu sistem dalam pendidikan harus selalu sejalan dengan
dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dahulu sampai sekarang sering kita
rasakan perkembangan dari pendidikan dengan adanya perubahan kurikulum yang
dilaksanakan dalam sebuah sekolah.
Dalam filsafat
terdapat berbagai aliran, seperti aliran
Rekonstruksionisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat memiliki berbagai macam aliran, maka dalam filsafat
pendidikan akan kita temukan juga berbagai macam aliran. Adapun aliran Rekontruksionisme
dalam filsafat pendidikan akan kita bahas pada makalah ini.
II. PERMASALAHAN
Sejarah mencatat
bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangan filsafat terdapat berbagai macam
perbedaan yang jelas dari masing – masing tokoh filsafat.Begitu pula halnya
dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai
pandangan atau aliran. Dimana sebuah pemikiran manusia tidak akan pernah final ketika
memikirkan sesuatu yang masih mungkin bisa dipikirkan. Oleh sebab itu, dunia
filsafat pendidikan pun mempunyai berbagai pandangan ataupun aliran yang
berbeda.
Dalam hal ini, ada
masalah – masalah dalam aliran Rekontruksionisme, yaitu bagaimana latar belakang
munculnya aliran Rekontruksionisme, pandangan aliran Rekontruksionisme tentang
pendidikan, pandangan aliran Rekontruksionisme tentang belajar.
III. PEMBAHASAN MASALAH
a. Latar belakang
Kehadiran aliran
Rekontruksionisme ini dalam pendidikan didorong oleh adanya suatu tuntutan yang
menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat
masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami kebimbangan, ketakutan dan
kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman. Rekontruksionisme ini berusaha
membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan
utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Rekontruksionisme
ini untuk pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkaji
tentang ide pokok Rekonstruksionisme. Tokoh lain yang mempelopori aliran
Rekonstruksionisme diantaranya adalah Georgie S. Count (Rekontruksionisme
Sosial), ia memberi kritikan yang menghendaki agar sekolah mengambil bagian
dalam membangun masyarakat Amerika. John Dewey (Rekontruksionisme radikal atau
individual), yang memandang pendidikan sebagai Rekontruksi pengalaman –
pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup.[1]
b. Pandangan Aliran
Rekontruksionisme tentang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia
atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya inetelektual dan spiritual yang
sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang,
sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.[2]
Rekontruksionisme berusaha mencari
kesepakatan semua orang tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya. Dengan perkataan
lain, Rekontruksionisme ingin merombak tata susunan lama, dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru, melalui lembaga dan proses
pendidikan.[3]
Namun kontribusi
pemikiran aliran ini bukan untuk menghapus sekolah tetapi untuk melonggarkan
pelembagaan pengalaman pendidikan di sekolah, agar siswa mampu mentransformasi
kultur yang ada.[4]
Pandangan aliran
Rekontruksonisme tentang pendidikan ini dapat dilihat dari beberapa aspek,
yaitu:
v Teori pendidikan aliran
Rekontruksonisme
Menurut aliran
Rekontruksonisme teori pendidikan didasarkan kepada hal – hal sebagai berikut:
1.
Tujuan Pendidikan
a) Sekolah – sekolah
Rekontruksonisme berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarkat.
b) Tugas sekolah – sekolah
Rekontruksonisme adalah mengembangkan “insinyur – insinyur” sosial, warga
negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa
kini.
c) Tujuan pendidikan
Rekontruksonisme adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan – keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2.
Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan – kerusakan
masyarakat dan kebutuhan – kebutuhan pragmatik untuk perbaikan. Dengan demikian
menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program aksi perbaikan masyarakat.
3.
Kurikulum
Kurikulum berisi mata pelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan – kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak
berisi masalah – masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat
manusia, yang termasuk di dalamnya masalah – masalah pribadi para peserta didik
sendiri, dan program – program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk
aksi kolektif. Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang – cabang
ilmu sosial dan proses – proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan
masalah.
c. Pandangan Aliran
Rekontruksionisme tentang Belajar
Pandangan aliran
ini terhadap belajar juga dapat dilihat dari beberapa aspek pendidikan, yaitu:
1.
Pelajar
Siswa hendaknya dipandang sebagai
bunga yang sedang mekar yang mengandung arti bahwa siswa adalah generasi muda
yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan masyarakat masa depan, dan perlu
berlatih keras untuk menjadi insinyur – insinyur sosial yang diperlukan untuk
membangun masyarakat masa depan.
2.
Pengajar
a) Direktur proyek
Direktur proyek ialah guru yang
tugasnya membantu para siswa mengenali masalah – masalah yang dihadapi umat
manusia sehingga para siswa merasa terikat untuk memecahkannya, dan menjamin
bahwa mereka memiliki keterampilan – keteterampilan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah – masalah tersebut.
b) Pemimpin penelitian
Pemimpin penelitian ialah guru yang
tugasnya harus menumbuhkan dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi
dan perubahan, guru harus menumbuhkan berpikir yang berbeda – beda sebagai
suatu cara untuk menciptakan alternatif pemecahan – pemecahan masalah yang
menjanjikan keberhasilan dan harus mampu mengorganisasikan dengan baik berbagai
macam kegiatan belajar serempak.
3.
Pengajaran
Pengajaran dilaksanakan di daerah –
daerah yang tergolong belu maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.
Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
sesuai dengan potensi masyarakat. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan
melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hambatan serta memecahkannya.
4.
Belajar
Siswa hendaknya belajar dengan tekun
dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi agar tujuan dari
pendidikan dapat terlaksana.[5]
IV. ANALISIS
Dari penjelasan di
atas, dapat diambil analisis bahwa aliran Rekontruksonisme ingin mengajak para
pengikutnya untuk mengadakan suatu perubahan yang baru untuk membangun
masyarakat masa depan. Agar tata kehidupan manusia menjadi lebih baik. Sehingga
diharapkan akan terwujud suatu kesadaran dalam pembaharuan.
V. KESIMPULAN
Munculnya aliran
Rekontruksonisme ini didorong oleh adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar
sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan.
Rekontruksonisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang berusaha
mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain
Rekontruksonisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
VI. PENUTUP
Demikian makalah
aliran Rekontruksonisme ini kami buat, semoga isi dalam kandungan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kekurangan dalam makalah aliran
Rekontruksonisme ini, itu merupakan suatu kekhilafan dari kami.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah,
Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Khobir, Abdul. 2007.
Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Syam, Mohammad
Nor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila. Surabaya:
Usaha Nasional
[1] Abdul Khobir, Filsafat
Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 70-71.
[3] Mohammad Nor Syam, Filsafat Kependidikan
dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988),
hal. 341.
[4] Chaedar
Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 108.
[5] Abdul Khobir, Filsafat
Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hal. 78-80.
0 komentar:
Post a Comment