I.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya,
kehidupan manusia tidak pernah luput dari nilai, dan pada tahapan berikutnya,
nilai perlu diinstusikan dalam bentuk institusi yang terbaik, yakni pendidikan.
Karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi
nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai dan
penyesuaian terhadap nilai.
Manusia adalah
makhluk budaya dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama
dalam arti manusia hidup dalam interaksi sesamanya. Manusia saling membutuhkan
sesamanya baik jasmaniyah maupun rohaniyah.
II. PERMASALAHAN
Proses interaksi
manusia diperlukan nilai – nilai, yang merupakan faktor intern antara hubungan
sosial itu, dimana dalam suatu masyarakat akan ada hukum. Hukum ialah norma –
norma atau nilai – niali untuk mengatur antar sosial manusia. Dengan demikian
bahwa tiada hubungan sosial tanp nilai – nilai, dan tiada nilai – nilai tanpa
hubungan sosial.
Pada kajian ini
akan dibahas apakah aksiologi itu sendiri,bentuk dan tingkatan nilai, dan
sumber nilai dalam kehidupan manusia.
III. PEMBAHASAN MASALAH
a. Hakikat Aksiologi
Aksiologi adalah
studi tentang nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh
setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah:
1. Nilai jasmani: nilai yang
terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna.
2. Nilai rohani: nilai yang
terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi.
Nilai – nilai di
atas tersusun dalam suatu sistem yang berurutan, yaitu dari nilai hidup – nilai
nikmat – nilai guna selanjutnya nilai intelek – nilai estetika – nilai etika –
nilai religi.
Berikut ini akan
dikemukakan contoh dari hal – hal yang mengandung nilai – nilai tersebut:
1.
Nilai hidup : sehat-sakit, menelan-memuntahkan
2.
Nilai nikmat : suka-duka, harum-busuk,
manis-pahit
3.
Nilai guna :
Manfaat-mudarat, mengenakan-menanggalkan
4.
Nilai intelek :
cermat-ceroboh, cerdas-bebal
5.
Nilai estetika : mulus-cacat,
mekar-kuncup
6.
Nilai etika :
bakti-durhaka, jujur-curang
7.
Nilai religi :
mustahil-mungkin, meyakini-mencurigai.[1]
b. Bentuk dan Tingkatan Nilai
Nilai merupakan
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan subyek manusia. Nilai – nilai yang
ada itu bersifat obyektif dan instrisik yang telah diciptakan oleh Maha
pencipta, bukan oleh manusia. Menurut Yinger, nilai bisa dilihat dengan tiga
penampilan, antara lain:
1. Nilai sebagai fakta watak
Nilai sebagai fakta watak menunjukkan
bahwa sejauhmana seseorang bersedia menjadikan nilai sebagai pegangan dalam
pembimbingan dan pengambilan keputusan.
2. Nilai sebagai fakta kultural
Nilai sebagai fakta kultural
menunjukkan bahwa nilai tersebut diterima dan dijadikan sebagai kriteria
normatif dalam pengambilan keputusan oleh anggota masyarakat.
3. Nilai sebagai konteks
struktural
Nilai yang ada baik dari segi fakta,
watak, maupun sebagai fakta kultural mampu memberikan dampaknya pada struktural
sosial yang bersangkutan.
Namun pada dasarnya
nilai – nilai tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Nilai formal, yaitu nilai yang
tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk, lambang serta simbol – simbol.
Nilai ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Nilai sendiri, seperti
sebutan bapak lurah bagi seorang yang memangku jabatan sebagai bapak lurah.
b) Nilai turunan, seperti
sebutan “Ibu lurah” bagi seorang yang menjadi istri pemangku jabatan lurah.
2. Nilai material, yakni nilai
yang terwujud dalam kenyataan pengalaman, rohani dan jasmani. Nilai ini terbagi
atas dua macam, yaitu:
a) Nilai rohani, terdiri dari
nilai logika, misalkan cerita, nilai estetika; misalkan musik, berpakaian
anggun, nilai etika; misalkan ramah, serakah, dan nilai religi; misalkan
sangsi, syirik.
b) Nilai jasmani atau nilai
pancaindra, terdiri atas, nilai hidup misalkan bebas, berjuang, menindas, nilai
nikmat; misalkan puas, nyaman, aman, dan nilai guna; misalkan nilai butuh,
menunjang, peranan.[2]
Charles Morris
menyebut nilai – nilai yang diucapkan oleh orang – orang namun tidak
diaktualisasikan sebagai “nilai – nilai yang dipahami”. Sementara nilai – nilai
yang diaktualisasikan disebutnya sebagai “nilai – nilai operatif”.[3]
c. Sumber Nilai dalam
Kehidupan Manusia
Sumber nilai yang
berlaku dalam pranat kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu:
1.
Nilai ilahi
Nilai ilahi adalah yang dititahkan
oleh Tuhan melalui para Rasul-Nya yang berbentuk takwa, iman, adil yang
diabdikan dalam wahyu ilahi.
Religi merupakan sumber yang pertama
dan utama bagi para penganutnya. Dari segi religi, mereka menyebarkan nilai –
nilai agar diaktualisasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Nilai ilahi tidak mengalami perubahan,
nilai ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia
selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat serta tidak cenderung untuk
berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia yang berubah – ubah sesuai dengan
tuntunan perubahan sosial dan tuntunan individual.
2.
Nilai insani
Nilai insani yang tumbuh atas
kesepakatan manusia hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini
bersifat dinamis, sedangkan keberlakuannya dan kebenarannya relatif nisbi yang
dibatasi oleh masyarakat dan waktu.[4]
IV. ANALISIS
Dari keterangan di
atas, dapat diambil analisis, yaitu dalam sebuah nilai, merupakan suatu hal
yang berarti bagi manusia. Karena manusia sebagai makhluk individual, juga
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan akan nilai. Dalam nilai itu sendiri,
ada beberapa tingkatan, tergantung manusia itu sendiri mau pilih nilai yang
mana.
V. KESIMPULAN
Aksiologi pada
hakikatnya adalah konsepsi – konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau
masyarakat, mengenai hal – hal yang dianggap baik, benar dan hal – hal yang
dianggap buruk dan salah.
Pendidikan pada
tahap selanjutnya merupakan proses transformasi nilai, yang cenderung bersifat
positif dan penuh makna kebaikan. Nilai selalu terserap dalam lapangan
pendidikan. Pendidikan akan dapat menguji dan mengintegrasikan semua nilai di
dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak.
VI. PENUTUP
Demikian makalah
Aksiologi ini kami buat, semoga isi dalam kandungan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kekurangan dalam makalah Aksiologi ini,
itu merupakan suatu kekhilafan dari kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2007.
Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Knight, George R. 2007. Filsfat
Pendidikan. Penerjemah: Mahmud Arif. Yogyakarta :
Gama Media
Syam, Mohammad
Nor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila. Surabaya:
Usaha Nasional
0 komentar:
Post a Comment