BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa
ilmu yang mempelajari secara mendalam terdapat isi kandungan dalam AL-Qur’an
dan hal-hal yang bersangkutan di dalamnya antara lain: Qashas Al Qur’an,
Anitsalul AL-Qur’an, Aqsamul Al-Qur’an dan Al-Qur’an.
Dalam makalah ini kami akan mencoba
membahas Al-Qur’an dari segi sumpah-sumpah Allah yang ada dalam Al-Qur’an (Ilmu
Aqsamul Al-Qur’an).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Aqsamul Qur’an
Menurut bahasa aqsam adalah bentuk jamak dari
Qasam yang artinya sumpah. Adapun menurut istilah yang dimaksud ilmu aqsamul
Qur’an adalah ilmu yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat
dalam ayat-ayat Al-Qur’an.[1]
B.
Unsur-unsru Qasam dan Ungkapannya
1.
Fi’il yang berbentuk muta’addi dengan diawali huruf ب (ba) sighat qasam baik yang berbentuk uqsima
atau akhlifu tidak akan berfungsi tanpa di ta’diyahkan dengan
huruf ب (ba).
Contoh:
وَاُقْسِمُوْا بِااللهِ ...
Artinya:
“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. An-Nahl: 38)
Namun
kadang kala dalam satu ayat langsung disebutkan dengan wawu (و) pada isim zahir.
Seperti
firman Allah yang berbunyi
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشهَا
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (QS. Al-Laili: 1)[2]
Dengan
huruf ta’ (ت):
وَتَا للهِ لاَ عَيْدَنَّ اَصْنَا مَكُمْ....
Artinya:
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala
ilmu.” (QS. Al-Anbiya: 57)
2.
Muqsam bih
Muqsam bih ialah lafadz yang
terletak sesudah adat qasam yang dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah
yang juga disebut sebagai syarat.
Allah
dalam Al-Qur’an juga bersumpah dengan zat-Nya sendiri Yang Maha Suci dengan
tanda-tanda kekuasaannya yang Maha Besar, Allah bersumpah dengan zat-Nya
sendiri.
Contoh:
قُلْ بَلَى وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ
عَمِلْتُمْ
Katakanlah:
“Memang demi Tuhan, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taghabun: 7)[3]
3.
Muqsam’alaih
Muqsam’alaih adalah bentuk
jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsambih). Posisi
Muqsam’alaih terkadang bisa menjadi tankid, sebagai jawab aqsam karena
yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentankidi muqsam’alaih
dan mentahkikannya.
Untuk
fi’il madi yang mutasharif yang tidak didahului ma’mul, maka
jawab qasamnya seringkali menggunakan lam (ل) atau qod (قد).
Contoh:
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengorotinya” (QS. Asy Syam: 10)
Adapun
ungkapan qasam bermacam-macam yaitu:
a.
Secara dhahir (terang)
Ungkapan
sumpah (qasam) dzahir adalah qasam yang disebutkan fi’il qasam dan muqsambihnya.
Contoh:
لآَ أُقُسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَمَةِ
Aku Bersumpah demi hari kiamat (Qs. Al-Qiyamah: 1)
b.
Secara Dhamir (Samar)
Secara
dhamir ialah ungkapan sumpah yang tidak dengan menggunakan fi’il qasamnya dan
tidak pula muqsambihnya. Tetapi qasam di sini hanya ditunjukkan oleh adanya lam
(ل) tankidnya yang masuk pada jawab
qasam seperti firman Allah:
لَتُبْلَوُ نَّ فِى
أَمْوَلِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (QS. Ali Imron: 186).
C.
Faedah Penggunaan Qasam dalam Al-Qur’an
Qasam
di dalam Al-Qur’an memiliki faedah antara lain:
1.
Taukid, yaitu untuk menyakinkan sesuatu yang masih diragukan oleh pandangan
(Lithalabi).
2.
Tahkik, yaitu untuk membuktikan kesesuaian sehingga orang tidak dapat
menolaknya dan akan mempercayainya (ingkari).
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan makalah ini mengenai
ilmu aqsamul Al-Qur’an kita dapat mengetahui pengertian aqsamul AL-Qur’an,
unsur-unsur qasam dan faedahnya antara lain Taukid dan tahkik.
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad. 1997. Ulumul Qur’an II. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Quthan Mana’ul. 1994. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an
2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
0 komentar:
Post a Comment